Udah lama gue ga nulis pake bahasa non-baku. So here I am.
Kenapa, sih, judulnya begitu? Untuk menjawab pertanyaan ini, gue mau cerita
tentang apa yang hari ini gue lalui. Pagi ini secara ngga sadar gue udah melewatkan
dua virtual meeting yang cukup
penting dengan alasan yang paling tidak bisa diterima di muka bumi ini:
ketiduran.
Di luar fakta bahwa gue sedang
merasa kurang sehat secara fisik dan mental, sudahkah gue cukup merasa bersalah?
Udah banget, gue agak lebay karena
merasa gagal 'menampilkan' versi terbaik dari diri gue (setidaknya hari ini). Ngga
cuma sampe sana, Ada beberapa kesalahan kecil yang bikin gue musti ngirim
e-mail berkali-kali karena keteledoran gue sendiri. Wajar? Wajar, tapi
kesalahan-kesalahan dari pagi dan siang ini seharusnya bisa gue antisipasi biar ga sampe kejadian.
Gue saat ini sedang menyesali kesalahan-kesalahan
yang udah gue perbuat. Lalu gue inget kalo
gue pernah ngetwit sesuatu, kurang lebih isinya tentang bagaimana penyesalan adalah
suatu bentuk kesadaran diri bahwa kita telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu di masa lalu, "Penyesalan adalah kesalahan yang dipelajari", dalam kata lain akan selalu ada hal yang bisa dipelajari dari suatu
penyesalan. Iya, gue cukup sering menyesal sampe nemu epiphany semacam ini.
Sekadar membuat diri gue tenang, gue bakal nge-break down penyesalan hari ini yang boleh dibilang ngga seberapa ini (tapi penting buat gue).
Kesalahan pertama: Gue ketiduran dan melewatkan dua virtual meeting.
![]() |
Bangun tidur ku terus |
Menyesal karena badan dan pikiran sedang kurang fit mungkin rada kurang pas mengingat kondisi sehat-sakit adalah akibat dari berbagai sebab-musabab. Yang gue sesali adalah selama ini, self-care gue sangat buruk, gue ngga mencoba untuk mencegah kondisi sakit itu sendiri. Sering begadang, sering telat makan (banget), dan sangat jarang olahraga. Tentu saja gue ngga mau kalian mencontoh gaya hidup gue yang beda tipis dengan menyiksa diri sendiri ini. Jangan ya please, bukan untuk ditiru tapi supaya kalian ngga sampe menyesali hal yang sama dengan apa yang gue sesali hari ini.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian ini senada dengan bait terakhir yang
dinyanyikan Kunto Aji di lagu Sulung dan Bungsu: Yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri. Which I didn’t.
Kesalahan kedua: Efisien oke, teledor jangan.
Terbiasa dengan melakukan pekerjaan
dengan cepat dan terburu-buru sering bikin gue kurang teliti,
alhasil: revisi berkali-kali. Kesal? Iya. Gue bingung aja kenapa dari sekian
keteledoran dan minor mistakes yang
udah gue lakuin selama hidup, sampe sekarang masih gue aja lakuin. *Refleksi
diri*
Pelajaran yang bisa dipetik dari
kejadian ini: Kalo kerja itu mbok hati-hati, lagi ngejar apa emang?
Kalo gue udah ngerasa bersalah dalam
satu hari, seringkali gue jadi meratapi the
rest of the day dengan mengingat kesalahan-kesalahan lain yang udah lewat—yang sebenernya ngga perlu. Kenapa harus mengingat kesalahan di masa lalu?
Karena biar otak gue memvalidasi bahwa selama 20 tahun hidup ini gue udah
ngapain aja bos? Kenapa masih nyusahin orang? Kenapa masih ngecewain orang?
Kenapa masih nyiksa diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini?
Alasan kenapa gue nulis tentang people’s pleaser beberapa waktu yang lalu karena gue sendiri adalah si people’s pleaser itu. Pertanyaan-pertanyaan “kenapa nyusahin orang” atau “kenapa ngecewain orang” muncul karena gue memang takut akan penolakan dan takut gagal. Hari ini gue gagal untuk tidak mengecewakan orang sehingga perasaan super ga enak ini muncul. Gue jadi merasa baik-baik aja dengan menghukum diri sendiri, yang mana bentuk hukumannya adalah self-care yang buruk. Kalo bisa gue visualisasi, gue merasa ada di lingkaran setan yang secepatnya harus gue tinggalkan:
And this is not okay, gue pikir ngga seharusnya seseorang punya mentalitas
seperti ini.
Catatan untuk diri gue sendiri:
Hey, you’ve done great so far, go appreciate yourself, you deserve hugs and love.
Oh and will you just please, PLEASE stop making your lifestyle comes like a
wrecking ball over and over again to your own body?
![]() |
Credit: www.billboard.com |
Dengan berakhirnya tulisan ini, gue
udah memaafkan sejuta kesalahan yang udah dibuat oleh diri gue sendiri.
Kudos to more accidental mistakes, failures, regrets and new stuff to learn. But no more suck self-care in between. Let's pray for us all.
Oh iya, terima kasih untuk George Harrison yang sudah berhasil menenangkan selama penulisan ini. Beliau benar, bahwa all things must pass, all things must pass away. 🎵
0 Komentar