Peradaban manusia itu seperti wafer, banyak lapisannya.
Ada yang kaya raya, dunia seolah ada di genggamannya.
Ada yang cukup kaya, namun sedikit memberi.
Ada yang biasa saja, berbagi secukupnya.
Tidak lupa mereka yang terpinggirkan, yang hanya dikasihani namun tidak diberi.
Nasib orang-orang juga beragam.
Ada yang berusaha banyak dan mendapat banyak.
Ada yang berusaha sedikit, namun tetap mendapat banyak.
Ada yang berbuat sedikit, hasilnya pun sedikit.
Yang paling miris, ialah mereka yang sudah berbuat banyak, namun tidak terlihat, apalagi dilirik.
Bicara soal perasaan, ada beribu-ribu pembahasan.
Yang ramai ingin menyepi, yang sepi ingin dimeriahkan.
Yang sedang sendiri mendambakan dekapan, yang sedang bersama memimpikan perpisahan.
Yang terkurung haus kebebasan, yang liar nafsu akan perhatian.
Yang terkurung haus kebebasan, yang liar nafsu akan perhatian.
Meski bineka rupa dan rasa, setiap manusia di bumi punya satu hal yang sama: ingin.
Yang hidup ingin mati, yang mati diharap kembali.
Yang sedang lari ingin berhenti, yang sedang duduk ingin berdiri.
Kalau dipikir-pikir, ingin itu seperti angin, tidak terlihat.
Namun bila diwujudkan, ia bisa menerbangkan,
jika dibiarkan, mengeringlah sebuah keinginan,
Tetapi jika terus-menerus dipenuhi, maka ia dapat membumihanguskan.
jika dibiarkan, mengeringlah sebuah keinginan,
Tetapi jika terus-menerus dipenuhi, maka ia dapat membumihanguskan.
![]() |
Photo by Mica Asato from Pexels |
0 Komentar